primbon lengkap | Midodareni (3)

bulu perindu
Primbon



Nawangwulan berpesan kepada Jaka Tarub
Jimat Keberuntungan
agar jangan membuka tutup periuk ini sebelum nasi
yang dimasak matang (karya Herjaka HS 2010)
Serial Primbon 100
Midodareni
(3)
Sejak Nawangwulan berada di Dusun Tarub, Rumah Ki Ageng Tarub tidak pernah sepi. Setiap waktu berganti-ganti orang datang untuk menyatakan hormat dan kekagumannya. Berbagai macam hasil panenan diberikan kepada Nawangwulan sebagai tanda kasih mereka. Jika pada awalnya, Nawangwulan merasa terpuruk hidupnya, karena tidak dapat kembali ke tempat tinggalnya, yaitu kahyangan para dewa-dewi, kini lain yang dirasakan. Setelah tinggal beberapa pekan tinggal di desa Tarub, Nawangwulan justru merasakan anugerah yang teramat besar. Ia menjadi pusat perhatian dan mendapat perlakuan istimewa. Disanjung, dikagumi, dilayani dan dicintai semua orang. Sungguh pengalaman luar biasa yang belum pernah didapat ketika berada di kahyangan. Walaupun dikahyangan Nawangwulan tidak kurang suatu apapun, dilayani oleh para dayang, ada satu hal mendasar yang membedakan. Di sini, di desa Tarub, mereka melayani dengan hati dan ketulusan.
Perhatian yang lebih khusus lagi didapat Nawangwulan dari Jaka Tarub. Pemuda gagah dan tampan itu telah jatuh hati kepada Nawangwulan sejak pertemuannya yang pertama kali. Hal tersebut adalah wajar. Siapa pun orangnya pasti akan jatuh hati melihat kecantikan sempurna yang dimiliki seorang bidadari Nawangwulan. Tak terkecuali orang-orang di desa Tarub dan sekitarnya, baik tua, muda, laki-laki, perempuan. Semua jatuh hati dengan Nawangwulan. Namun bagi Jaka Tarub yang adalah keturunan Prabu Brawijaya, Raja Majapahit, Nawangwulan yang hadir di desa Tarub tersebut ditempatkan dan dihargai sebagai ‘wahyu’ yang diharapkan dapat mengantar dirinya menjadi seorang pemimpin besar seperti para leluhurnya terdahulu. Oleh karenanya ia memperlakukan Nawangwulan dengan sangat istimewa, lebih istimewa dari orang-orang di desa Tarub.
Nawangwulan pun dapat merasakan perlakuan istimewa yang diberikan Jaka Tarub kepadanya. Di kahyangan perlakuan seorang Dewa kepada Bidadari tidak seistimewa seperti perlakuan Jaka Tarub kepada dirinya. Sungguh perlakuan seperti inilah yang membahagiakan. Belum pernah kebahagiaan ini dirasakan sewaktu di kahyangan. Apalagi diketahui bahwa Jaka Tarub bukan pemuda dusun kebanyakan. Ia adalah keturunan raja besar. Ada aura dewa pada dirinya. Oleh karenanya Nawangwulan mulai terpanggil hatinya untuk memberi perhatian khusus kepada Jaka Tarub.
Maka mulailah cinta bersemi diantara mereka. Ki ageng Tarub dan seluruh warga dusun Tarub merestui hubungan mereka. Bahkan seperti yang dirasakan Jaka Tarub, kahadiran Nawangwulan membawa berkah dan keberuntungan bagi desa Tarub. Sejak Nawangwulan tinggal di desa Tarub, hasil tanaman padi dan palawija melimpah ruah. Hasil panen belum habis dimakan, sudah panen lagi.
Jika memang Nawangwulan ibarat wahyu yang tumurun di desa ini, alangkah mulianya jika ada usaha untuk menjaga dan memelihara agar wahyu tersebut tidak oncat dari desa Tarub. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Ki Ageng Tarub berniat meresmikan hubungan Jaka Tarub dan Nawangwulan menjadi suami istri. Agar selanjutnya Nawangwulan menetap di desa ini.
Pada tengah malam, Ki Ageng Tarub memanggil Nawangwulan dan Jaka Tarub. Ki Ageng mengungkapkan niatnya. Dan Ki Ageng tahu persis, bahwa Jaka Tarub tidak mungkin menolak. Namun untuk Nawangwulan? Memang pada kenyataannya Nawangwulan tidak keberatan menjadi isteri Jaka Tarub, asalkan Jaka Tarub berjanji setia kepadanya dan percaya kepadanya. Dengan disaksikan Ki Ageng Tarub, Jaka Tarub berjanji sanggup mencintai Nawangwulan sampai akhir hayatnya dan akan senantiasa setia dan percaya kepada Nawangwulan.
bulu perindu
Seluruh warga dan kerabat Tarub bersukacita atas perkawinan Jaka Tarub dan Nawangwulan. Pada malam menjelang perkawinannya, warga berkumpul untuk lek-lekan, memohon agar calon pengantin diberi kesehatan, keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan. Tepat pada jam 3 dinihari para bidadari yang pernah mandi di sendang larangan datang di Tarub untuk memberi restu kepada Nawangwulan.
Pada hari perkawinan antara Jaka Tarub dan Nawangwulan, orang pada datang berduyun-duyun menuju desa Tarub, untuk menyaksikan perkawinan antara seorang bidadari dan Jaka Tarub. saat itu Desa Tarub memancarkan kemilau cahaya illahi melalui pengantin putri. Orang yang menyaksikan dan merasakan berdecak kagum tak berkesudahan.
Sejak Nawangwulan, menjadi isteri Jaka Tarub, warga Tarub mendapatkan kesejahteraan lahir batin. Mereka hidup rukun dan damai. Setahun kemudian pasangan Jaka Tarub dan Nawangwulan diberi karunia seorang anak, putri, dinamakan Nawangsih. Pada suatu hari, ketika Nawangwulan mau mencuci disungai, ia menitipkan nasi yang sedang dimasak kepada Jaka Tarub, dengan pesan, agar Jaka Tarub tidak membukanya tutup periuk sebelum nasi yang dimasak matang. Jaka tarub menyanggupinya. Namun disaat Nawangwulan pergi, Jaka Tarub penasaran dengan pesan isterinya yang tidak memperbolehkan dirinya membuka tutup periuk sebelum nasi yang dimasak matang. Ada apa dengan periuk ini. Bukankah yang dimasak didalamnya adalah beras? Mengapa aku tidak boleh membukanya? Ah jangan-jangan isinnya ... Karena semakin penasaran, akhirnya Jaka Tarub melanggar janji, dan tutup periuk pun dibuka
herjaka HS
Ilmu Pelet Ampuh

Posting Komentar untuk " primbon lengkap | Midodareni (3)"